Jumat, 02 November 2018

PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN



PENDIDIKAN & PENGAJARAN

Pada dunia pendidikan sering kita jumpai atau kita dengar istilah-istilah seperti: pendidikan, pengajaran. Di blog ini akan sedikit saya jelaskan definisi serta perbedaan antara  istilah tersebut. Manusia cenderung memahami simbol. Disebut manusia jika ia cerdas dalam memahami simbol. Sejatinya manusia mengelola, sejelek apapun asifat iblis tetap harus mencari sisi baiknya.
Pendidikan dan Pengajaran

1. Hakikat Pendidikan di Sekolah : diberi materi di kelas sampai selesai lalu pulang.
2. Hakikat Pengajaran : mengajarkan nilai-nilai kehidupan .

Matematika adalah logika kehidupan, logika poses.
Pengajaran merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan sejatinya adalah laku atau tuntunan yang dilakukan. Pola pendidikan harus runtun. 

Pengajaran memberikan pengetahuan nya. Fungsi pengajaran memberi pengetahuan itu untuk mencapai tujuan pendidikan.
Manusia yang saling tukar informasi disebut mengajari. Dalam hal itu tidak  ada tingkatan artinya mereka sama sejajar.
Bisa dikatakan bahwa pendidikan adalah pengayoman. Adab merupakan akumulasi dari akhlak. Peradaban merupakan kumpulan manusia-manusia. 

Pendidikan:
·         Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.
·         Pendidikan adalah  usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan  proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU RI No.  20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1)

Pengajaran:  
1.      proses, cara, perbuatan mengajar atau mengajarkan
2.      perihal mengajar; segala sesuatu mengenai mengajar 
3.      peringatan (tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya)

SEMOGA BERMANFAAT !

Kamis, 18 Oktober 2018

Ki Hajar Dewantara (Kesadaran Mengenali Diri Sendiri)


Pada kuliah filsafat pendidikan kali ini kita mereview pembelajaran minggu lalu tentang Ki Hajar Dewantara yang diampu oleh bapak Aniq KHB, S.Pd.,M.Hum. Pada hari Selasa 16 Oktober 2018 beliau menyampaikan mengatur diri sendiri atau mengenali diri sendiri itu susah. 

Kesadaran mengenali tarbiyah diawali kesadaran dari diri sendiri. Kenalilah diri sendiri. Barangsiapa yang mengenali diri sendiri maka dia memahami Tuhan. Tapi pada kenyataannya mengenali diri sendiri sangat susah. Lebih mudah ketika kita menunjuk orang lain daripada menunjuk diri sendiri.

Ki Hajar Dewantara  mengemukakan pendapat bahwa “ Manusia adalah titah tuhan yang terdiri atas raga kasar dan raga halus, yang dimaksud raga disini yaitu adalah jasmani (dapat dilihat dengan mata) sedangkan raga halus yaitu rohani (tidak dapat dilihat dengan mata).

Identitas dan Personalitas ? Nah disini saya akan menjelaskan pebedaannya. Secara harfiah Identitas berasal dari bahasa inggris yaitu identity, dapat diartikan sebagai ciri-ciri, tanda atau jati diri. Dimana hal itu mungkin adalah sebuah cara pemikiran seseorang dalam kepribadiannnya. Sebagai contoh misalnya, semasa berkuliah saya mengambil studi program komunikasi, namun pada akhirnya saya memilih untuk berprofesi sebagai bankir yang bukan merupakan background pendidikan saya. Identitas merupakan sesuatu yang dipilih, bukan dipaksakan. Sedangkan Personalitas adalah siapa nama kita, dimana rumah kita, siapa oang tua kita.


Pendidikan



      |

    Diri      =       Dzat
                 

                             | 

  Sifat

     |

                        Asma (Realitas)

                             |

                                    Af’al (Tindakan)


Contoh : Sifat    =>   Sayang
               Asma  =>   Penyayang
               Af’al  =>   Menyayangi

Kamis, 04 Oktober 2018

KI HAJAR DEWANTARA



 KI HAJAR DEWANTARA



Ki Hadjar Dewantara (Yogyakarta, 2 Mei 1889–26 April 1959) adalah seorang pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Beliau mendirikan perguruan Taman Siswa yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Pendiri Taman Siswa
Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. ("di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang mendukung"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.

Kesimpulan
“Bahwa pendidikan merupakan usaha perjuangan kebudayaan yang ditujukan membangun pribadi anak didik ke arah hidup merdeka mandiri sesuai garis kodratnya dengan cara sistem among, yang implementasinya mengusahakan anak didik dari natur ke kultur dengan cara Tut Wuri Handayani, yakni memberikan arah agar anak mengembangkan cipta, rasa dan karsa sebagai pemberian Tuhan Yang Maha Esa dan itu merupakan kodrat alamnya anak, serta bersama anak didik memberikan motivasi atau ing madyo mangun karso dan ing ngarso sung tulodo dimana guru menempatkan diri sebagai teladan."



Kamis, 27 September 2018

FILSAFAT PENDIDIKAN

            Membahas mengenai filsafat pendidikan tidak akan terlepas dari pokok bahasan tentang pendidikan itu sendiri. Pendidikan di dunia modern saat ini cenderung dilakukan melalui interaksi antara guru dan muridnya. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi di beberapa abad silam dimana pendidikan cenderung dipelajari tanpa panduan guru, namun dengan mempelajari kejadian-kejadian yang terjadi di alam sekitar manusia. Ketika pendidikan didapatkan melalui alam, maka filsafat pendidikan belum berjalan disana, sedangkan ketika pendidikan didapatkan melalui ajaran guru, maka timbulah apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.
          Filsafat pendidikan berasal dari dua kata yaitu kata filsafat dan kata pendidikan. Filsafat sendiri berasal dari bahasa yunani “Philos” yang memiliki arti kecintaan dan “sophia yang memiliki arti kebijaksanaan. Jika diterjemahkan dari dua kata ini, maka filsafat dapat diartikan sebagai kecintaan akan kebijaksanaan. Jika diartikan secara lengkap maka filsafat dapat diartikan sebagai kajian mendalam yang dilakukan terhadap ilmu pengetahuan didasarkan atas kecintaan seseorang terhadap ilmu pengetahuan tersebut.
Jika diterapkan dalam pendidikan, maka lahirlah apa yang disebut dengan filsafat pendidikan yang artinya adalah sebuah ilmu filsafat yang terfokus pada bidang pendidikan. Dalam hal ini, filsafat benar-benar difokuskan di setiap bagian dari bidang pendidikan dari mulai kulit hingga akar-akarnya. Filsafat pendidikan akan membahas ilmu mengenai pendidikan itu sendiri secara mendalam dan meluas di setiap bagian dari ilmu pendidikan.

Menurut Zanti Arbi (1988), pengertian filsafat pendidikan yaitu :
  • Menginspirasi, yang dapat diartikan mampu memberikan inspirasi bagi para pendidik untuk menjalankan berbagai ide dalam pengembangan pendidikan.
  • Menganalisis, yang dapat diartikan mampu memeriksa secara detail setiap bagian dari pendidikan hingga validitas dari pendidikan itu sendiri dapat diketahui secara jelas.
  • Memperspektifkan, yaitu mengenai upaya memberi pengarahan dan penjelasan kepada pendidik mengenai pendidikan secara lebih luas dan mendalam.
  • Meninvestigasi, yaitu meneliti dan memerikasa tingkat kebenaran dari berbagai teori yang ada di dunia pendidikan.
Dalam filsafat pendidikan seorang guru akan banyak belajar mengenai setiap elemen yang berkaitan dengan teknis dan teori di bidang pendidikan. Hal ini terdiri dari apa yang dipercayai oleh seorang guru tentang pendidikan ataupun prinsip yang dijadikan panduan dan pedoman dalam setiap tindakan profesional seorang guru. Filsafat pendidikan pada dasarnya ada di setiap hati nurani para guru. Tanpa disadari ataupun tidak, setiap guru memiliki seperangkat keyakinan tentang teknis dan teoritis dalam memberikan dan menularkan pendidikan kepada para muridnya. Dalam hal ini, setiap guru memiliki caranya masing-masing dalam mengajarkan pendidikan kepada para peserta didik yang diharapkan dengan apa yang diajarkan ini dapat menghasilkan kehidupan yang lebih baik lagi.
  • Ruang lingkup dari filsafat yaitu:
a. Tentang pengetahuan : logika yang memuat :
a. Logika formil yang mempelajari asas-asas atau hukum-hukun berpikir yang harus ditaati agar kita dapat berpikit dengan benar dan mencapai kebenaran. jadi bagaimana orang harus berpikir dengan baik dan aturan-aturan untuk itu. Hukum-hukum logika berlaku dan penting bagi semua ilmu pengetahuan lainnya pula, bagi filsafat merupakan alat yang harus dikuasai lebih dahulu.
b. Logika materiil kritik (epistimologi)
Yang memandang ilmu pengetahuan (materil) dan bagaimana isi ini dapat dipertanggungjawabkan. Jadi mempelajari perihal :
1. Sumber dan asal pengetahuan
2. Alat-alat pengetahuan
3. Proses terjadinya pengetahuan
4. Kemungkinan dan batas pengetahuan
5. Kebenaran dan kekeliruan
6. Metode ilmu pengetahuan dan lain-lain.
b. Tentang “ada” : metafisika atau ontology
Hal ini mengupas tentang :
1. Apakah arti ada itu?
2. Apakah kesempurnaannya ada itu?
3. Apakah tujuannya ada itu?
4. Apakah sebab dan akibat?
5. Apakah yang merupakan dasar yang terdalam dari setiap barang yang ada itu?
c. Tentang dunia material : kosmologi
Hal ini membicarakan tentang asal mula atau sumber dan susunan atau struktur dari alam semesta.
d. Tentang manusia : filsafat tentang manusia.
Orang mengetahui tentang “ada” itu dari adanya sendiri.
e. Tentang kesusilaan : etika
Manusia itu yakin dan wajib berbuat baik dan menghindarkan yang tidak baik itu menimbulkan berbagai soal, yaitu :
1. Apakah yang disebut baik itu?
2. Apakah yang buruk itu?
3. Apakah ukuran baik atau buruk itu?
4. Apakah suara batin itu?
5. Apakah kehendak bebas?
6. Apakah artinya kepribadian itu?
f. Tentang Tuhan : Theodyca
Hal inilah yang merupakan konsekuensi terakhir dari seluruh pandangan filsafat. Renungan tentang pengetahuan kita itu membuktikan bahwa manusia itu bukan sumber sari segala-segalanya, bukan sumber daripada segala pengetahuan.
Singkatnya bahwa ia bukan yang mutlak, sebab itu harus dicari sumber yang terdalam dan sebab yang terakhir, yang mengatasi manusia sendiri dan dunia.