KI HAJAR DEWANTARA
Ki
Hadjar Dewantara (Yogyakarta, 2 Mei 1889–26 April 1959) adalah seorang pelopor
pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Lahir
dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan
keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap
berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar
Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di
depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat,
baik secara fisik maupun hatinya. Beliau mendirikan perguruan Taman Siswa yang
memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh pendidikan
seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Pendiri Taman Siswa
Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919.
Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman
mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi
sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut
Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40
tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki
Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan
namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik
secara fisik maupun jiwa.
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat
dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa,
tut wuri handayani. ("di depan menjadi teladan, di tengah membangun
semangat, dari belakang mendukung"). Semboyan ini masih tetap dipakai
dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan
Tamansiswa.
Kesimpulan
“Bahwa
pendidikan merupakan usaha perjuangan kebudayaan yang ditujukan membangun
pribadi anak didik ke arah hidup merdeka mandiri sesuai garis kodratnya dengan
cara sistem among, yang implementasinya mengusahakan anak didik dari natur ke
kultur dengan cara Tut Wuri Handayani, yakni memberikan arah agar anak
mengembangkan cipta, rasa dan karsa sebagai pemberian Tuhan Yang Maha Esa dan
itu merupakan kodrat alamnya anak, serta bersama anak didik memberikan motivasi
atau ing madyo mangun karso dan ing ngarso sung tulodo dimana guru menempatkan
diri sebagai teladan."
SEMOGA BERMANFAAT !
Aushof
Danang
Yuliana Puspitasari
Rista Karisma
Ivan Zhayoga
Ansitasari
Riska Safitri
Farida Widyastutik
Ardian Pahlevi
Dwi Novita
Istikholah
Lisa Ariana Dewi
Garda Perkasha
Dhita FS
Nidha Nur Latifah
Mas Amah Tul Islami
Hanif Faizah
Julian Indah
Melinda Pangestika
Mar'atush Solichah MR
Putri Wahyuning CP
Ahmad Sholeh
Nurul Khoimah
Ulfah Fitria Setiyani
Nurul Arifah
Rischa Dwi Arianti
Vita Fatimatu Z
Deodora Adesita
Anggita Nurohmah N
Estima Titi Hapsari
Ika Suryani Setyaningsih
Elisa
Nuril Iskarima
Aushof
Danang
Yuliana Puspitasari
Rista Karisma
Ivan Zhayoga
Ansitasari
Riska Safitri
Farida Widyastutik
Ardian Pahlevi
Dwi Novita
Istikholah
Lisa Ariana Dewi
Garda Perkasha
Dhita FS
Nidha Nur Latifah
Mas Amah Tul Islami
Hanif Faizah
Julian Indah
Melinda Pangestika
Mar'atush Solichah MR
Putri Wahyuning CP
Ahmad Sholeh
Nurul Khoimah
Ulfah Fitria Setiyani
Nurul Arifah
Rischa Dwi Arianti
Vita Fatimatu Z
Deodora Adesita
Anggita Nurohmah N
Estima Titi Hapsari
Ika Suryani Setyaningsih
Elisa
Nuril Iskarima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar